Voice and Tone, Apa Perbedaannya?

Latifa
4 min readJan 22, 2023

--

Voice and tone mencerminkan bagaimana identitas merk dan visi perusahaan melalui mikrokopi. Voice pada aplikasi Gojek tentu akan berbeda dengan voice pada aplikasi Pedulilindungi karena dua aplikasi ini memiliki visi yang berbeda, value yang berbeda dan bahkan target market yang berbeda.

Btw, tiap perusahaan terkadang sudah memiliki writing guidelines yang memuat voice and tone tapi ada juga yang malah belum ada guidelines sama sekali. Lihat writing guidelines-nya Duolingo

Voice and tone diterapkan dalam UX Writing karena menjadi komponen penting untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Hal ini dilakukan dalam bentuk interaksi ketika pengguna menggunakan produk.

Voice

Menurut Frontitude, voice atau suara adalah kepribadian yang mewakili brand. Dengan demikian harus konsisten digunakan pada produk digital brand tersebut seperti website atau aplikasi. Sekarang coba lihat contoh UX Writing pada website dan aplikasi Duolingo di bawah ini.

UX Writing pada Website Duolingo
UX Writing pada aplikasi Duolingo (Sumber: Interaction Design)

Duolingo memiliki suara yang Expressive, Playful, Embrancing, dan Worldly. UX Writing pada website dan aplikasi Duolingo menerapkan voice tersebut dan dikolaborasikan dengan icon yang membuatnya lebih menarik.

Contoh lain adalah Starbucks, brand ini memiliki voice yakni Functional dan Expressive. Starbucks menginginkan pengguna akan lebih mudah dalam melakukan pemesanan melalui aplikasi.

Selain itu, Starbucks juga tidak ragu dalam menambahkan kepribadian lain dalam mikrokopinya. Misalnya ada kata “Aww” dalam mikrokopi di bawah ini.

UX Writing pada Starbucks (Sumber: Frontitude)

Tone

Berbeda dengan Voice, Tone digunakan secara khusus dalam konteks tertentu. Kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana keadaan emosi pengguna ketika memilih tone.

Misalnya, tone saat pada on boarding tentu akan berbeda dengan tone saat produk meminta izin ke pengguna untuk mengakses kontak. Coba lihat contoh UX Writing pada aplikasi Gojek berikut.

UX Writing pada aplikasi Gojek

Tone Gojek pada on boarding masih terlihat kasual, ada kata “gampang, nge-klik & doang”. Tapi saat muncul pop up notification (berkaitan dengan privasi), tone-nya berubah.

Pop up notification pada gambar diatas bertujuan agar pengguna memperbolehkan Gojek untuk mengakses kontak. Di sisi lain, kontak bagi pengguna sangat privasi dan bisa saja ada yang merasa khawatir bahkan takut ketika Gojek meminta izin untuk mengaksesnya.

Oleh sebab itulah, Gojek cukup hati-hati dalam memilih kata. Mikrokopi Gojek yakni sebagai berikut.

Boleh kami akses kontakmu?

Alih-alih menggunakan headline yang memaksa, Gojek memilih headline dengan kalimat tanya untuk meminta izin ke pengguna.

Kamu bakal bisa pindahin no. HP langsung dari daftar kontek pas pake fitur tertentu. Cek kebijakan privasi buat detailnya

Gojek juga memberikan informasi mengenai manfaat untuk pengguna jika mengizinkannya untuk mengakses kontak. Penjelasan manfaat ini bisa menjadi pertimbangan pengguna agar memperbolehkan Gojek untuk mengakses kontak. Selain itu, Gojek juga memberikan informasi tambahan yakni “Kebijakan privasi buat detailnya” untuk menunjukkan bahwa Gojek peduli dengan privasi penggunanya.

Memilih tone dengan Tone Mapping

Seperti penjelasan di awal. Voice pada UX Writing itu tetap tapi tone-nya bisa berbeda. Tone menyesuaikan konteks yang dihadapi oleh pengguna dan bagaimana emosi pengguna di setiap titik perjalanan menggunakan produk.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk memilih tone yang tepat adalah membuat tone mapping. Tone mapping adalah pemetaan nada yang bisa kita terapkan dalam menulis mikrokopi.

Berikut contoh Tone Mapping menurut Sarah Ferraro.

Tone Mapping (Sumber: Sarah Ferraro)

Dengan adanya Tone Mapping kita kita bisa menyesuaikan tone sesuai perjalanan penggunanya. Biar makin mudah lagi, kita juga bisa menggunakan 4 dimensi tone of voice dari NNGroup.

Sebelumnya, perlu pahami juga mengenai deskripsi tone secara spesifik. Setelah itu identifikasi 4 dimensi tone of voice yang utama.

4 Dimensi Tone of Voice (Sumber: Tidio)

Tone of voice pada produk dapat diekspresikan dengan menempatkan titik di 4 dimensi tersebut. Empat dimensi ini dapat divariasikan untuk membuat UX Writing.

Misalnya, contoh Error Message pada aplikasi seperti ini.

Maaf, koneksi Anda terganggu

Mikrokopi seperti ini berarti cenderung serius, formal dan penuh hormat. Kita bisa melihat kata “Maaf” dan “Anda” yang menunjukkan hal yang formal dan serius. Berbeda dengan mikrokopi berikut ini.

Yah, internetnya mati

Mikrokopi ini cenderung kasual dan netral. Hal ini bisa kita lihat dari penggunaan kata “Yahh”.

Kesimpulan

Voice dan tone itu berbeda dan kedua hal ini sangat diperlukan dalam proses UX Writing. Cara yang dapat kita lakukan dengan menggunakan Tone Mapping dan 4 Dimensi Tone of Voice untuk memilih tone yang tepat.

“Tone is about more than just content” (NNGroup)

Tone pada UX Writing juga berkontribusi dalam meningkatkan pengalaman pengguna. Tone ini harus mempertimbangkan desain visual maupun interaksi agar konstruksi brand identity menjadi lebih kuat.

Referensi

Kalau postingan ini menurut kamu bermanfaat, ketuk tombol👏 di bawah ini, ya :)

--

--

Latifa
Latifa

Written by Latifa

Writing about Etsy and digital products. For more about me: https://linktr.ee/bylatifaska.

No responses yet